How About You?

23.13 / Diposting oleh Laaaaaa /

Kawan, hidup kita di dunia ini tidaklah lama. Dunia bersifat fana atau sementara. Tidaklah kita hidup di dunia ini kecuali hanya sehari atau setengah hari. Ini akan terasa ketika kelak kita sudah tiba di kampung akhirat. Akankah kita menukar akhirat yang kekal dengan dunia yang hanya sekejap ini?

Perkara yang pertama yang akan dihisab adalah shalat. Shalat adalah komunikasi seorang hamba dengan Rabnya. Jika lancar dan baik komunikasinya, maka akan akrab hubungannya. Layaknya hubungan dua sijoli, komunikasi yang baik akan membuat mereka tentram dan bahagia. Dan komunikasi itulah yang membuat mereka saling merindukan satu sama lain.
Komunikasi yang baik seorang hamba dengan Rabnya, itulah kekhusyuan. Hadirlah dalam shalatmu. Kehidupan itu adalah ruh. Jika ruh meninggalkan jasad, tak ada lagi kewajiban shalat. Jika jasadmu saja yang shalat, maka apalah arti shalatmu? Samakah komunikasi jasad dengan ruh? Samakah jika anda berbicara dengan seseorang atau dengan sebuah boneka?

Ibnul Qoyyim rahimhullah berkata: Manusia di dalam  masalah shalat terbagi menjadi beberapa tingkatan:

Pertama:
Tingkatan  orang yang zhalim terhadap dirinya sendiri dan lalai dengan shalatnya. Dialah orang yang shalat dengan wudhu’ yang tidak sempurna, shalat tidak pada  waktunya, batas-batasnya dan tidak menyempurnakan rukun-rukunnya.

Kedua:
Orng yang semata-mata menjaga waktu, batas-batas shalat dan rukun-rukunnya yang lahiriyah dan menjaga waudhu’.  Namun dia tidak berusaha melawan bisikan-bisikan  maka dia terhanyut dalam bisikan-bisikan dan pikiran-pikirannya di dalam shalat.

Ketiga:
Barangsiapa yang menjaga batas-batas shalat dan rukun-rukunnya, dan bersungguh-sungguh mengarahkannya jiwanya dalam melawan bisikan-bisikan dan fikiran-fikiran yang menggoda di dalam shalatnya, maka dengan hal tersebut sesungguhnya dia telah menyibukkan dirinya dalam menghadapi musuhnya agar musuhnya itu tidak mencuri shalatnya, maka dengan seperti ini dia berada dalam sholat dan jihad.

Keempat:
Orang yang apabila bangkit menunaikan shalat maka dia menyempurnakan hak-hak, rukun-rukun dan aturan-atauran shalat, hatinya dikerahkan untuk menjaga tuntutan-tuntutan shalat, agar dia tidak menyia-nyiakan sedikitpun dari ibadah shalatnya, bahkan seluruh potensi dan semangatanya tercurah untuk menyempurnakan penegakan shalat sebagaimana mestinya, maka dengan ini sungguh hatinya telah terarah pada perkara shalat  dan ubudiyahnya kepada Allah swt.

Kelima:
Orang yang bangkit menegakkan shalat dengan cara seperti di atas, bersamaan dengan itu dia hatinya tertumpah di hadapan Allah Azza Wa Jalla, dia melihat Allah dan menyadari akan pengawasan Allah, hatinya cinta kepadaNya dan mengagungkanNya sekan dia melihat Allah, semua bisikan dan lintasan-lintasan pikirante telah terhapus, telah terangkat dinding antara dirinya dan TuhanNya, maka orang yang seperti ini di dalam perkara shalat lebih utama dan lebih agung dari pada jarak yang memisahkan langit dan bumi, orang yang seperti ini  sedang sibuk dengan bermunajat kepada Tuhannya swt di dalam shalatnya.

Golongan pertama akan disiksa,
golongan kedua akan dihisab,
golongan ke tiga menghapuskan kewajiban,
golongan keempat diberi pahala, dan
golongan ke lima mendekat kepada  Tuhannya, sebab dia termsuk golongan orang yang menjadikan shalat sebagai perlipur lara bagi hatinya, maka barangsiapa yang hatinya senang dengan shalatnya di dunia maka dia akan senang dengan kedekatannya kepada Allah pada hari kiamat kelak, dan dia juga akan senang di dunia, dan barangsiapa yang hatinya senang dengan Allah maka setiap mata akan senang dengannya namun barangsiapa yanghatinya tidak senang dengan Allah swt maka jiwanya  akan tercerai berai atas dunia ini dengan berbagai kerugian”.

Diantara kiat-kiat untuk mencapai kekhusyua’an dalam shalat adalah:
Pertama:
Sesorang muslim harus menghadirkan keagungan Allah swt pada saat shalatnya tersebut, dia berdiri di hadapan Penakluk langit dan bumi
Kedua:
Seorang muslim harus melihat ke arah tempat sujudnya dan tidak menoleh ke arah manapun saat shalatnya.
Ketiga:
Mentadabburi Al-Qur’an dan zikir-zikir yang dibacanya saat shalat.
Keempat:
Mengingat kematian saat shalat.
Kelima:
Hendaklah seorang muslim mempersiapkan dirinya untuk shalat, jangan sampai dia shalat dalam keadaan menahan sakit perut atau menahan kencing atau shalat di hadapan makanan yang terhidang.
Keenam:
Berusaha mengarahkan jiwa agar dia bisa khusyu’ dalam sholat. Khusyu’ bukan perkara yang mudah maka seseorang mesti harus bersabar dan berusaha.
Ketujuh:
Menghadirkan di dalam jiwa pahala  yang akan didapatkan oleh orang yang khusyu’ di dalam shalat. 


Label:

0 komentar:

Posting Komentar