Cerita untuk ayah

09.36 / Diposting oleh Laaaaaa /

Ayah, aku mendapat kesempatan lagi untuk menjelajahi sebagian kecil dari bekas perjalananmu di tanah air. Kali ini aku berjalan ke sebuah tempat yang sangat indah di pegunungan pulau jawa, tepatnya Sarangan, Magetan Jawa Timur. Kemudian aku melanjutkan perjalananku ke Tawangmangu Jawa Tengah.
Tapak tapak kakiku telah tergores di tanah itu, aku ingin ayah juga bersamaku waktu itu, menjelaskan tanaman apa saja yang aku lihat, bagaimana tanaman itu tumbuh, dan mengapa ditanam demikian. Ayah telah lebih dulu tau daripada aku, dan ayah lebih banyak tau medan ini.
Di Sarangan, aku melihat telaga yang dinamakan “Telogo Pasir”, aku sempat naik speedboat mengelilingi telaga itu. Di ujung, terlihat pulau kecil tak berpenghuni. Di waktu subuh, air telaga itu sangat tenang, namun bila speedboat telah berjalan, air telaga itu sedikit demi sedikit mulai berombak, dan semakin lama ombaknya semakin besar. Telaga ini adalah peninggalan orang-orang terdahulu bentuk persaudaraan orang Jerman yang pernah tinggal di sarangan pada tahun-tahun sulit dengan masyarakat Indonesia.

Sore itu, aku dan seorang temanku berkeliling di pasar sekitar telaga, pasar ini unik sekali. Bermacam-macam dagangan seperti baju, selendang, jaket, slayer dan sebagainya dijajakkan, namun yang berbeda adalah, sayuran dan rempah-rempah banyak juga dijajakkan di pasar itu, aku banyak melihat tomat segar dan besar-besar, andai ayah dekat, aku akan membelikan tomat yang banyak untuk ayah, dan membelikan sayur mayur serta bumbu dapur untuk ibu.. 

Pagi harinya, aku berjalan menelusuri pegunungan mendaki  menuju air terjun Tawangmangu. Dari kaca mobil, aku melihat betapa alam Indonesia ini sangat indah, dengan sawah sawah yang bersusun, jalan meliuk-liuk melinatasi gunung, naik dan turun, berbagai tanaman yang hijau dan segar, dan udara yang sangat sejuk. Suatu hari, aku ingin menikmati pemandangan ini dengan ayah dan ibu. Sesampai di Tawangmangu, aku menuruni 1250 anak tangga untuk mencapai air terjun. Aku melewati hutan belantara yang penuh dengan pepohonan, aku jadi ingat cerita ayah yang menyebrangi hutan sambil memakan semua jenis tanaman hutan, jika enak ayah telan, dan jika pahit, ayah muntahkan.

Masyaalloh…Air terjun ini sangat indah, airnya jatuh dari tempat yang sangat tinggi, dan akar akar pohon  di atas gunung ini terlihat merembeskan air dan terkumpul menjadi beberapa anak sungai yang mengalir menuju muara air terjun. Air yang sangat jernih dan dingin. Aku menaiki batu-batu besar dan beberapa batu yang licin karena terendam air menuju muara air terjun. Percikan-percikan lembut  air terjun  yang jatuh menimpa batu-batu besar itu mengenai wajahku, tersa segaar sekali..
Aku menatap ke atas, ku edarkan pandanganku menuju air terjun dan sekitarnya, aku sangat bersyukur  kepada Alloh karena diberi kesempatan menikmati keindahan alam ini, yang tidak semua orang diberi kesempatan yang sama denganku,. Aku teringat engkau wahai ayah, ayah tidak akan dapat menikmati keindahan air terjun ini dari dekat saat ini, karena keadaan kaki ayah yang sakit, ayah tidak akan mampu melewati ribuan tangga itu… namun jika Alloh berkehendak, tiada yang tidak mungkin bagiNya.
Setelah bertafakkur  dan merasa cukup di sini, aku harus menaiki 1250 anak tangga menuju tempat keluar. Ini sangat melelahkan ayah, aku mendapat pelajaran berharga dari tangga-tangga ini. Betapa kenikmatan itu harus dibayar mahal. Keindahan air terjun yang telah kunikmati, harus kubayar dengan menaiki ribuan anak tangga ini..dan begitulah hidup yang selama ini ayah ajarkan padaku..
Terimaksih ayah dan ibu…

Label:

2 komentar:

Comment by Windi Aprilyanti Putri on 1 November 2011 pukul 16.25

semoga kelak kau bisa ajak ayah dan ibu kamu jalan-jalan lagi kesana....
pengorbananmu akan diganti dengan hal yang luar biasa indah kelak...

Comment by Laaaaaa on 4 November 2011 pukul 11.14

amin ya Alloh..
makasii ya Wind..:) km juga..

Posting Komentar