Mimpi Seorang Santriwati

11.23 / Diposting oleh Laaaaaa /

Aku adalah anak ke-dua dari dua bersaudara. Ibu dan ayah ingin kedua anaknya sekolah di pondok pesantren. Harapan mereka hanyalah supaya anak-anaknya dapat mendoakan ketika mereka telah tiada. Dengan sedikit bujuk rayu dari ayah dan ibu, kakakku masuk pondok saat aku masuk kelas dua SD.

Sesekali waktu, aku diajak ibu ke pondok kakak. Melihat suasana pondok yang begitu menyenangkan dan damai membuatku menetapkan suatu keputusan besar dalam hidupku. " aku harus masuk pondok seperti kakak". Tamat SD, aku langsung meminta ayah untuk mendaftrakan namaku di Pondok yang sama dengan kakak.

Tahun 2002 adalah masa paceklik bagi keluarga kami. Dan di tahun itulah aku masuk pondok pesantren. Walaupun dana untuk masuk pondok pesantren tidak terlampau mahal, namun bagi keluarga kami saat itu, sangat berat. Jauh-jauh hari sebelum hari pendaftaran, ayah telah menyiapkan rencana untuk mendapatkan uang buat registrasi dan kebutuhan lain. TV kecil ukuran 14 in, pemberian paman dari Surabaya, masuk dalam list barang yang akan dijual. Berugak ruang tamu ke-dua depan rumah, yang tidak pernah alpha disinggahi tamu setiap hari, juga masuk dalam list ayah. Begitu juga ikan gurami, nila dan kiper penghias pemandangan kolam harus ayah masukkan dalam listnya.


berugak



kolam ikan






Sekitar satu minggu sebelum pendaftaran, pagi hari ayah memeriksa ikan di kolam yang akan dijual, tanpa diduga, kolam ikan itu kosong dan hanya ikan-ikan kecil dan satu dua ekor ikan saja yang tersisa. " Innalillah ikannya dicuri orang," ayah hanya bisa bersabar. Masih ada TV dan berugak, semoga cukup. H-2 pendaftaran, entah tipu muslihat apa yang direncanakan lagi, kali ini, tengah malam sekitar jam 2 dini hari, TV satu-satunya di rumah kami hilang pula dibawa maling. Ayah yang terbangun mendengar suara pintu langsung berlari mengejar maling yang membawa TV, namun hasilnya juga nihil. Lagi-lagi kami hanya bisa bersabar. Sekarang harapan ayah satu-satunya adalah berugak. Hari itu juga kabar baik  bahwa berugak akan dibeli oleh seseorang melegakan perasaan ayah. Namun, H-1 orang yang telah menyanggupi akan membeli berugak itu tiba-tiba membatalkan secara sepihak.

Aku, berdiri di balik pintu kamarku mendengar kesusahan dan kepayahan ayah mencari uang hanya sekedar untuk mendaftarkan anak terakhirnya ke pondok pesantren. Walaupun niatku bulat untuk masuk pondok pesantren, namun jika sampai nanti malam tak ada uang, mau bagaimana lagi, ayah sudah berusaha mencari pinjaman juga tak berhasil. Aku berterusterang pada ibu kalo aku ndak jadi mau masuk pondok, " Inaq, mungkin kali ini Alloh tidak mengizinkanku masuk pondok, biar kuterima saja tawaran guruku untuk masuk SMA2 dengan biaya pendaftaran darinya". Dengan derai air mata yang ditahan-tahan, ibuku meyakinkan bahwa aku pasti bisa masuk pondok.

Malam hari, tetangga yang rumahnya agak jauh dari rumahku menawarkan ayah pinjaman untuk hanya sekedar mendaftar saja, tapi dia minta maaf sebelumnya karena uang yang akan dipinjamkan kepada ayahku dalam bentuk uang logam, dan ndak ada uang kertas. Dengan penuh syukur ayah menerima pinjaman itu. Malam itu, suara uang logam yang ditata dalam kantong-kantong plastik mengisi malam yang sunyi di rumahku, menggantikan suara TV.

Pagi harinya, kami berangkat menuju pondok untuk mendaftar. Dengan sedikit malu-malu, ibu mengeluarkan beberapa kantong uang logam. Sementara ibu-ibu di sebelah ibuku, mengeluarkan uang dari dompet mereka lembaran-lembaran biru dan merah. Hari itu, aku bertekad, bahwa ibu tidak akan malu lagi kelak seperti ini..
Gara-gara aku, ayah harus memeras keringat dan otak untuk mendaftarkanku di sini. Gara-gara aku, ibu harus menahan air mata membayar uang pendaftaran dengan beberapa kantong uang logam...

' Pondok, aku tidak akan menyerah... '
Tekadku sudah bulat, dan walaupun hampir jatuh di ujung tombak, aku tetap bisa berdiri di sini, di pondok pesantren ini....

Saat semua teman-teman baruku menangis di tinggal orang tua mereka, tak satupun air mata kuteteskan karena ayah dan ibu meninggalkanku.. Namun, saat kakak-kakak kelas menyebut nama kakakku, tiba-tiba tenggorokanku terasa tercekik, dan air mataku meleleh begitu saja,. Kakakku yang memulai langkah di pondok ini, tanpa seorangpun yang ia kenal sebelumnya, tanpa bantuan siapapun, kakak bisa eksis di pondok ini. Walaupun dengan jatah uang saku dari ayah yang sangat minim, kakak tetap di sini. Bahkan sekarang, namanya tersohor sebagai santri yang jenius, tak seorangpun yang tak mengenal kakakku.. di kelas, tak jarang ustadz-ustadz senior membanggakan nama kakakku..

Aku tidak menangis karena ayah ataupun ibu, karena mereka telah percaya padaku, namun aku menangis jika teringat kakakku. Bagaimana dia mengawali langkahnya seorang diri?, bagaimana perjuangannya mengangkat namanya? bagaimana ia bersabar menerima hantaman dari teman-temannya?

Aku, juga punya mimpi kakak. Aku punya impian seperti kakak. Aku tidak mau dikenal karena nama kakak. Aku ingin membangun namaku sendiri. Aku akan berdiri di atas kakiku sendiri...
Dan mulai saat ini, perjuangan kumulai...
Di pondok ini, aku merangkai mimpi-mimpi...
Di bawah naungan musholla ini aku menggantung harap pada Ilahi...





Label:

2 komentar:

Comment by Unknown on 27 Januari 2015 pukul 18.35

HALO JUGA
Apakah Anda memiliki kartu kredit yang rendah dan Anda menemukan kesulitan untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank / lembaga keuangan lokal lainnya? Kami menawarkan pinjaman jangka panjang dan pendek sangat dengan harga murah dan moderat tingkat 2%, kami bersertifikat, terdaftar dan perusahaan kredit yang sah. Anda dapat memperoleh pinjaman mulai dari $ 5.000 hingga $ 100.000.000,00 Serikat menyatakan dolar. Durasi pembayaran pinjaman kami adalah antara 1-20 tahun. Jika Anda tertarik silakan hubungi kami melalui: tamaragustavsonloanfirm@gmail.com

Comment by Unknown on 27 Desember 2016 pukul 05.45

,,.,KISAH NYATA ,,,,,,,
Aslamu alaikum wr wb..Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Bismillahirrahamaninrahim,,senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman2 melalui room ini, sebelumnya dulu saya adalah seorang pengusaha dibidang property rumah tangga dan mencapai kesuksesan yang luar biasa, mobil rumah dan fasilitas lain sudah saya miliki, namun namanya cobaan saya sangat percaya kepada semua orang, hingga suaatu saat saya ditipu dengan teman saya sendiri dan membawa semua yng saya punya, akhirnya saya menaggung utang ke pelanggan saya totalnya 470 juta dan di bank totalnya 800 juta , saya stress dan hamper bunuh diri anak saya 2 orng masih sekolah di smp dan sma, istri saya pergi entah kemana dan meninggalkan saya dan anakanaknya ditengah tagihan utang yg menumpuk, demi makan sehari hari saya terpaksa jual nasi bungkus keliling dan kue, ditengah himpitan ekonomi seperti ini saya bertemu dengan seorang teman dan bercerita kepadanya, Alhamdulilah beliau memberikan saran kepada saya, dulu katanya dia juga seperti saya stelah bergabung dengan KI JAMBRONG hidupnya kembali sukses, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama satu minggu saya berpikir dan melihat langsung hasilnya, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KI JAMBRONG di No 0853-1712-1219. Semua petunjuk AKI saya ikuti dan hanya 3 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah Demi AllAH dan anak saya, akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya, semua utang saya lunas dan sisanya buat modal usaha, kini saya kembali sukses terimaksih KI JAMBRONG saya tidak akan melupakan jasa AKI. JIKA TEMAN TEMAN BERMINAT, YAKIN DAN PERCAYA INSYA ALLAH, SAYA SUDAH BUKTIKAN DEMI ALLAH SILAHKAN HUB KI JAMBRONG DI 0853-1712-1219. (TANPA TUMBAL/AMAN).
p

Posting Komentar