Inilah Kenapa Aku Harus Menikah..

10.59 / Diposting oleh Laaaaaa /

 Sunyi sekali……..
Namun, hatiku tak sesunyi malam ini. Ada banyak bisikan, ada banyak harapan, dan ada banyak keluhan. Apa lagi yang dipikirkan oleh kebanyakan wanita berusia di atas dua puluh tahun kecuali menikah? Aku termasuk orang kebanyakan itu. Aku termasuk wanita di atas dua puluh tahun itu.
Aku ingin memiliki teman hidup yang sejati dan seutuhnya, Membagi suka dan duka, saling menyemangati, saling mengingatkan, dan tolong menolong dalam ketaatan dan kesabaran. Aku tidak ingin menikah  karena tuntutan umur, keluarga, memenuhi kebutuhan biologis, atau hanya sekedar membanggakan diri karena telah menjadi seorang permaisuri… Namun, aku hanya ingin menyempurnakan separuh agamaku secepatnya, sebelum tiba waktunya untuk kembali kepadaNya.
Jika seorang wanita sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, dan berbakti pada suaminya, maka dipersilahkan baginya untuk masuk pintu-pintu surga, dari mana saja yang ia kehendaki… Pesan Rasul inilah yang selalu terngiang dalam setiap malamku, ketika aku takut untuk memejamkan mata. Aku takut terpejam untuk selamanya, sedangkan aku belum memegang kunci surga itu. Aku takut karena begitu menggunung dosaku. Aku takut karena mungkin begitu banyak hak yang belum kupenuhi. Aku takut karena begitu sering aku lalai padaNya..
Mungkin aku berfikir tentang jalan pintas. Jalan pintas untuk memantaskan diriku menghadap penciptaku. Yaitu dengan menjadi abdi seorang suami. Menjadi baju baginya, dan menjadi sahabat terbaik dalam hidupnya… Hingga aku dapat mendapatkan kunci surga itu.
Aku tetap menjadi seorang putri bagi kedua orang tuaku. Aku tetap akan menjadi putri kesayangannya. Aku tetap berbakti kepada keduanya sebaik-baiknya. Aku tetap akan melayaninya selamanya. Dan aku akan mengorbankan pernikahan untuk kedua orang tuaku….Keputusan yang kupegang selama dua puluh tahun. Yang awalnya kuanggap terbenar dan terbaik bagiku. Di posisiku sebagai anak ke-2 dari dua bersaudara. Aku adalah anak perempuan dan kakakku laki-laki. Laki-laki pasti akan menikah dan aku sebagai anak perempuan akan mengurus kedua orang tuaku yang semakin menua dan lemah hingga akhir hidupku… Aku merasa cukup berbahagia dengan berbakti membahagiakan kedua orang tuaku hingga habis sisa umurku. Dan aku merasa cukup untuk meraih kasih sayang Rabku dengan birrul waalidain…
Akhirnya keputusan itu runtuh di usiaku yang ke-21. Saat aku berfikir akan arti kehidupan sesungguhnya. Ketika aku melihat teman-temanku yang berbahagia dengan pernikahannya. Dan ketika kumelihat orang tua yang tak punya siapa-siapa untuk mengurusnya. Terlantar, tertatih sorang diri. Tak ada suami, tak ada anak. Padahal seharusnya di usia senja seperti itu, ia duduk di singgasana seorang ratu yang anak-anaknyalah ajudannya .Dan ketika kuperhatikan sabda Rasul bahwa wanita itu atas tanggungan suaminya, bukan orang tuanya.
Teringat pula cerita ayahku di masa kecilku. Saat aku belum paham apa yang ingin diajarkannya melalui cerita itu. Bahwa seorang shahabiyah ditinggal berjihad oleh suaminya. Suaminya berpesan agar tidak meninggalkan rumah saat suaminya pergi berjihad. Maka sang istri dengan patuh memenuhi perintah suaminya. hingga suatu hari ayah shahabiyah ini mengutus seseorang untuk mengabarkan bahwa dirinya sedang sakit parah, maka tengoklah sebentar. Namun, dengan sopan kepada sang utusan ia menolak karena suaminya tidak mengizinkannya meninggalkan rumah. Kemudian di lain hari sang utusan mengabarkan lagi bahwa ayahnya telah meninggal, maka tengoklah untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan. Tapi sang shahabiyyah tetap menolak dengan lembut karena amanah suaminya. karena dianggap sikapnya keterlaluan, diadukanlah perihalnya kepada Rasulullah. Apa jawab rasul? Beruntunglah sang ayah karena memiliki seorang putri yang sholihah seperti dia, karena teguh memegang amanah suaminya. Maka surgalah bagi sang ayah karena telah berhasil mendidiknya. Akhirnya ayahku menutup ceritanya dengan berpesan padaku supaya  menjadi istri sholihah seperti shahabiyah tadi yang menolak mendatangi ayahnya yang sakit parah hingga ia meninggal dunia. Ayahku bilang  “Nak, jika nanti ayah sakit dan akan meninggal sedangkan keadaanmu seperti itu, maka taatlah pada suamimu. Karena ayah akan mendapatkan surga karenamu, putriku yang sholihah”. “ iya, Insyaalloh ayah”,, jawabku waktu itu yang seolah-olah mengerti. Ternyata aku butuh beberapa tahun untuk memahami nasehat itu.
Jika aku tidak menikah, cukupkah kebahagiaanku dengan melihat teman-temanku yang berbahagia dengan pernikahannya dan menceritakan betapa dirinya begitu diberkati mendapat suami terbaik baginya? Jika aku tidak menikah, siapa yang akan mengurusku ketika aku tua nanti seperti aku mengurus kedua orang tuaku? Jika aku tidak menikah apakah aku tidak akan menyesal meninggalkan kebaktianku yang seharusnya bertumpu pada seorang laki-laki yang bernama suami?
Kulihat betapa mudahnya seorang wanita yang berbakti kepada suaminya memperoleh syahadahnya. Kulihat betapa bahagianya seorang wanita yang bersahabat dekat dengan laki-laki (suaminya). Kubaca dalam sejarah bahwa orang-orang besar lahir dari seorang wanita yang luar biasa. Mereka para ulama’ dan sholihin tidak akan hadir di dunia ini tanpa seorang ibu yang sholihah. Kulihat bahwa orang-orang besar, pasti hadir seorang wanita luar biasa di belakangnya yang mendorong dan mendukungnya.
Aku bertanya pada hati nuraniku apakah aku tidak ingin seperti mereka? Para ibu yang terukir dalam sejarah karena telah melahirkan para pembesar Islam? Apakah aku akan menyia-nyiakan kesempatan untuk melahirkan dari rahimku seseorang yang akan meninggikan kalimat Alloh di bumi, pembesar Islam dan sholihin? Apakah aku tidak ingin menjadi seorang wanita tangguh di belakang laki-laki tangguh yang dihargai dan dihormati? Yang menjadi suplemen bagi suaminya, yang menjadi kekuatan bagi pangerannya, dan menjadi penyemangat setianya? Apakah aku akan menyia-nyiakan kesempatan ini?
Tidak…. Duhai Alloh,, aku akan mengambil kesempatan itu. Kesempatan untuk melahirkan pembesar – pembesar Islam. Kesempatan untuk menjadi kekuatan bagi seorang pangeran. Ya Alloh aku akan menyempurnakan separuh agama ini, dan dengan izinMu, inilah bentuk pengabidanku pada orang tuaku………..

Label:

0 komentar:

Posting Komentar